Jumat, 21 Oktober 2016

BARANG-BARANG YANG WAJIB DI ZAKATI







BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
              Dalam kitab dijelaskan bahwa ada beberapa hewan ternak yang wajib dizakati, diistilahkan dengan mâsyiyah yaitu meliputi onta, sapi/kerbau, kambing/domba. Sedangkan hewan ternak selain yang disebutkan barusan tidak dikenakan zakat. Seperti, unggas (segala jenis ayam, bebek, burung), ikan, dan lain lain. Namun jika hewan-hewan ternak yang tidak dikenakan zakat itu dijadikan sebagai usaha perdagangan atau perniagaan, seperti usaha peternakan bebek, usaha peternakan ayam, usaha peternakan burung, usaha peternakan ikan, dll, maka ia dikenakan zakat atas nama zakat perdagangan (tijârah), dan berlaku baginya ketentuan-ketentuan zakat tijarah. Sebab, segala sesuatu yang secara dzatiah tidak berkewajiaban untuk dizakati, jika dijadikan sebagai usaha perdagangan maka berlakulah hukum zakat tijârah untuknya.
           Sedangkan yang dinamakan harta tijarah adalah semua yang digunakan untuk diperjual-belikan dalam berbagai jenisnya, baik berupa barang, seperti sandang, papan dan pangan, termasuk usaha hewan ternak; atau berupa jasa, seperti jasa transportasi, perhotelan dan semacamnya; baik diusahakan oleh perorangan maupun perserikatan seperti CV atau PT, dll.
           Sedangkan kadar nishab dalam harta tijarah adalah apabila harta tersebut sudah setara dengan salah satu dari nishab emas (77,50 gr) atau perak (543,35 gr). Namun karena pada umumnya nilai perak lebih rendah daripada nilai emas, maka nishab dalam harta tijarah langsung disetarakan dengan nishab perak, yaitu 543,35 gram perak. Sedangkan kadar yang harus dikeluarkan adalah 2,5 %.




B.     Rumusan Masalah
1.      Apa sajakah hadits-hadits baranng-barang zakat ?
2.      Apakah yang dimaksud kandungan hadits barang zakat ?
3.      Apakah nilai yang terkandung dalam hadits barang-barang zakat ?
C.     Tujuan
1.      Mengetahui barang-barang zakat
2.      Mengetahui kandungan isi hadits barang-barang zakat
3.      Mengetahui nilai yang terkandung dalam hadits barang-barang zakat





















BAB II
PEMBAHASAN
A.     Hadits dan Artinya
1.      Hadits Pertama
حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ سَعِيدِ بْنِ الْهَيْثَمِ الْأَيْلِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُونُسُ بْنُ يَزِيدَ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا سَقَتْ السَّمَاءُ وَالْأَنْهَارُ وَالْعُيُونُ أَوْ كَانَ بَعْلًا الْعُشْرُ وَفِيمَا سُقِيَ بِالسَّوَانِي أَوْ النَّضْحِ نِصْفُ الْعُشْرِ
Telah menceritakan kepada Kami Harun bin Sa'id bin Al Haitsam Al Aili, telah menceritakan kepada Kami Abdullah bin Wahb, telah mengabarkan kepadaku Yunus bin Yazid dari Ibnu Syihab dari Salim bin Abdullah dari ayahnya, ia berkata; Rasulullah shallla Allahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Pertanian yang diairi hujan, sungai dan mata air atau dibiarkan begitu saja maka zakatnya adalah sepersepuluh, dan pertanian yang diairi dengan menggunakan alat pengairan atau dengan ember maka zakatnya seperdua puluh."
2.      Hadits Kedua
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَقِيلِ بْنِ خُوَيْلِدٍ النَّيْسَابُورِيُّ حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ السُّلَمِيُّ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ طَهْمَانَ عَنْ عَمْرِو بْنِ يَحْيَى بْنِ عُمَارَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ فِيمَا دُونَ خَمْسٍ مِنْ الْإِبِلِ صَدَقَةٌ وَلَا فِي الْأَرْبَعِ شَيْءٌ فَإِذَا بَلَغَتْ خَمْسًا فَفِيهَا شَاةٌ إِلَى أَنْ تَبْلُغَ تِسْعًا فَإِذَا بَلَغَتْ عَشْرًا فَفِيهَا شَاتَانِ إِلَى أَنْ تَبْلُغَ أَرْبَعَ عَشْرَةَ فَإِذَا بَلَغَتْ خَمْسَ عَشْرَةَ فَفِيهَا ثَلَاثُ شِيَاهٍ إِلَى أَنْ تَبْلُغَ تِسْعَ عَشْرَةَ فَإِذَا بَلَغَتْ عِشْرِينَ فَفِيهَا أَرْبَعُ شِيَاهٍ إِلَى أَنْ تَبْلُغَ أَرْبَعًا وَعِشْرِينَ فَإِذَا بَلَغَتْ خَمْسًا وَعِشْرِينَ فَفِيهَا بِنْتُ مَخَاضٍ إِلَى خَمْسٍ وَثَلَاثِينَ فَإِذَا لَمْ تَكُنْ بِنْتُ مَخَاضٍ فَابْنُ لَبُونٍ ذَكَرٌ فَإِنْ زَادَتْ بَعِيرًا فَفِيهَا بِنْت لَبُونٍ إِلَى أَنْ تَبْلُغَ خَمْسًا وَأَرْبَعِينَ فَإِنْ زَادَتْ بَعِيرًا فَفِيهَا حِقَّةٌ إِلَى أَنْ تَبْلُغَ سِتِّينَ فَإِنْ زَادَتْ بَعِيرًا فَفِيهَا جَذَعَةٌ إِلَى أَنْ تَبْلُغَ خَمْسًا وَسَبْعِينَ فَإِنْ زَادَتْ بَعِيرًا فَفِيهَا بِنْتَا لَبُونٍ إِلَى أَنْ تَبْلُغَ تِسْعِينَ فَإِنْ زَادَتْ بَعِيرًا فَفِيهَا حِقَّتَانِ إِلَى أَنْ تَبْلُغَ عِشْرِينَ وَمِائَةً ثُمَّ فِي كُلِّ خَمْسِينَ حِقَّةٌ وَفِي كُلِّ أَرْبَعِينَ بِنْتُ لَبُونٍ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Aqil bin Khuwailid An Naisaburi berkata, telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Abdullah As Sulami berkata, telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Thahwan dari Amru bin Yahya bin Umarah dari Bapaknya dari Abu Sa'id Al Khudri ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Unta yang kurang dari lima ekor tidak ada zakatnya, dan jumlah empat ekor tidak ada kewajibannya. Jika telah sampai lima hingga sembilan ekor maka zakatnya adalah satu ekor kambing. Jika telah sampai sepuluh hingga empat belas ekor maka zakatnya adalah dua ekor kambing. Jika telah sampai lima belas hingga sembilan belas ekor maka zakatnya adalah tiga ekor kambing. Jika telah sampai dua puluh hingga dua puluh empat ekor maka zakatnya adalah empat ekor kambing. Jika telah sampai dua puluh lima hingga tiga puluh lima ekor maka zakatnya adalah bintu makhadl. Jika tidak mempunyai bintu makhadl maka boleh dengan bintu labun laki-laki. Jika bertambah lagi satu ekor hingga sejumlah empat puluh lima ekor, maka zakatnya adalah bintu labun. Jika bertambah lagi satu ekor hingga enam puluh ekor, maka zakatnya adalah hiqqah. Jika bertambah lagi satu hingga tujuh puluh lima, maka zakatnya adalah jadz'ah. Jika bertambah lagi satu hingga sembilan puluh ekor, maka zakatnya adalah dua bintu labun. Jika bertambah lagi satu hingga seratus dua puluh ekor, maka zakatnya adalah dua hiqqah. Setelah itu setiap kelipatan lima puluh ekor, zakatnya adalah hiqqah, dan setiap kelipatan empat puluh ekor adalah bintu labun.
3.      Hadits Ketiga
عَشَرَةَ ثَلَاثَ وَفِى  وَلَا شَيْءَفِ الاِبِلِ حَتَّى تَبْلُغَ خَمْسًا فَفِيْهَا شَاةٌ وَفِى عَشْرِ شَا تَا نِ  وَخَمْسَ
عِشْرِيْنَ اَرْبَعٌ مِنَ الشِّيَاهِ وَخَمْسَ وَعِشْرِيْنَ بِنْتَ مُخَاضٍ وَسِتٍّ وَثَلَا ثِيْنَ بِنْتُ لَبُوْنٍ وَسِتٍّ وَاَرْبَعِيْنَ حِقَّةٌٌ وَاِحْدَى وَسِتِّيْنَ جَذَعَةٌٌ وَسِتٍّ وَسَبْعِيْنَ بِنْتَا لَبُونٍ وَاِحْدَى وَتِسْعِيْنَ حَقَّتَانِ وَمِائَةٍ وَاِحْدَى وَعِشْرِيْنَ ثَلَاثُ بَنَاتِ لَبُوْنٍ ثُمَّ فِى كُلِّ اَرْبَعِيْنَ بِنْتُ لَبُونٍ وَكُلِّ خَمْسِيْنَ حِقَّةٌٌ رواه البخارى عن انس  
“Tidak ada zakat unta sebagai sampai lima ekor,  maka apabila sampai lima ekor zakatnya satu kambing, 10 ekor zakatnya dua ekor kambing, 15 ekor zakatnya tiga ekor kambing, 20 ekor zakatnya empat ekor kambing, 25 ekor zakatnya seekor anak unta, 36 ekor  zakatnya satu anak unta yang lebih besar, 46 ekor zakatnya satu anak unta yang lebih besar, 61 ekor zakatnya satu anak unta yang lebih besar lagi, 71 ekor zakatnya dua anak unta, 90 ekor zakatnya dua anak unta, 91 ekor zakatnya dua anak unta yang lebih besar, 121 ekor zakatnya tiga ekor anak unta, kemudian tiap tiap 40 ekor zakatnya satu ekor anak unta umur dua tahun lebih dan tiap tiap 50 ekor zakatnya seekor anak unta umur 3 tahun” Riwayat Bukhori. 


4.      Hadits Keempat
عن علئ  قل  قل رسؤ ل الله صل الله عليه ؤسلم قد عفؤ ت لكم عن صدقة الخيل ؤالرقيق فها تؤا صد قة الر قة من كل اربعين د رهما  ؤا ليسا في تسعين ؤ ما عة شيء  فاذا بتغت ما عتين  ففيها خمسة د راهم. رؤه احمد ؤا بر داؤد ؤا لتر مذي.
Dari ‘ Ali, katanya : rasulullah  s.a.w telah berkata “sesungguh-nya saya telah mema’afkan kamu dari sedekah kuda dan sahaya, maka bayarlah zakat perak tiap-tiap empat puluh dirham, satu dirham dan 190 dirham belum wajib zakatnya dan apabila sampai 200 dirham zakatnya lima dirham”. Riwayat ahma abu daud dan termidzi. 
B.     Makna Hadits
1.      Hadits Pertama
Hadits Pertama mengatakan bahawa apabila suatu sawah atau kebun ataupun suatu ladang yang menghasilkan tumbuhan yang dapat dijual maka harus dikeluarkan zakatnya, mengenai pembayaran zakat ada dua hal dalam zakat pertanian
Apabila suatu sawah ataupun sejenisnya diairi melalui air hujan, sungai dan mata air atau dibiarkan begitu saja intinya orang itu membiarkan suatu sawahnya tumbuh dengan sendirinya dan orang yang memiliki sawah tersebut hanya tinggal menerima hasil maka zakat yang harus dikeluarkan sepersepuluh dari penghasilan pertanian tersebut.
Sedangkan apabila suatu sawah ataupun sejenisnya diairi melalui alat pengairan (desel) atau dengan ember, maksudnya ialah ada campur tangan dari si pemilik sawah maka zakat yang harus dikeluarkan sebesar seperdua puluh dari penghasilan tersebut.
Meurut Imam Abu Hanifa, zakat itu wajib atas setiap hasil bumi, baik sedikit ataupun banyak, tanpa dipersyaratkan mencapai nisab.
Adapun Abu ‘Ubaid mengatakan, “Pada tanaman apapun yang dikeluarkan oleh bumi (ada zakatnya), baik yang diairi oleh sungai maupun diairi oleh hujan, tanpa di persyaratkan mencapai nisab maupun keharusan tahan lama. Dengan demikian zakat itu wajib pula atas sayur-sayuran, kecuali  kayu bakar dan jenis bambu dan rumput.
Bagaimana pun, semua itu tidak membedakan, apakah hasil bumi itu hanya sedikit atau banyak. Adapun kayu bakar dan jenis bambu dan rumput, memang pada umumnya tidak dimaksudkan untuk mengeksploitasi tanah, bahkan dibuang. Artinya, kalau ada maksud untuk mengeksploitasi tanah, maka tanaman-tanaman itu pun wajib dikeluarkan sepersepuluhnya.
Sementara itu, kebanyakan fuqaha (jumhur) berpendapat bahwa zakat itu khusus pada tumbuhan yang sengaja ditanam untuk dijadikan makanan pokok (qut), dengan syarat bias disimpan.
Menurut fuqaha Hambali, tidak dipersyaratkan bahwa yang bias disimpan itu harus bisa dijadikan makanan. Bahkan, zakat itu tetap wajib atas biji-bijian yang bisa disimpan, sekalipun tidak cocok dijadikan makanan.
Adapun yang kami pegang di soal ini ialah para pendapat fuqaha Hanafi, bahwa zakat itu wajib atas apa saja yang di tumbuhkan oleh bumi maupun yang sengaja ditanam oleh manusia dari berbagai macam hasil pertanian, baik itu berupa biji-bijian, sayur-sayuran, buah-buahan, kapas, kapuk dan lain-lain tetumbuhan yang ditumbuhkan oleh bumi. Hanya, kami tetap mempersyaratkan sampainya nisab.
Adapun saat diwajibkannya zakat tanaman dan buah-buahan, adalah ketika buah-buahan tampak sudah bisa dimakan dengan rasa enak, dan ketika hasil tanaman itu tampak sudah berisi dan bernas, sekalipun tidak dipersyaratkan harus betul-betul bernas. Begitu pula untuk buah-buahan tidak di persyaratkan betul-betul enak dimakan. Jadi, kalau sebagian sudah kelihatan ada yang bisa dimakan, berarti seluruhnya pun demikian pula.
2.      Hadits Kedua
Dalam hadits kedua ini menjelaskan bahwa apabila sesoarang mempunyai perternakan unta maka wajib hukumnya membayar zakat, namun jika hanya mempunyai kurang dari lima ekor unta tidak wajib untuk membayar zakat. Sebaliknya apabila memiliki unta lebih dari lima maka kewajban untuk membayar zakat itu ada.
Kalau memiliki lima sampai sembilan ekor maka wajib hukumnya membayar zakat satu ekor kambing, Jika telah sampai sepuluh hingga empat belas ekor maka zakatnya adalah dua ekor kambing. Jika telah sampai lima belas hingga sembilan belas ekor maka zakatnya adalah tiga ekor kambing. Jika telah sampai dua puluh hingga dua puluh empat ekor maka zakatnya adalah empat ekor kambing. Jika telah sampai dua puluh lima hingga tiga puluh lima ekor maka zakatnya adalah bintu makhadl. Jika tidak mempunyai bintu makhadl maka boleh dengan bintu labun laki-laki (unta yang berumur 2 tahun masuk tahun ke-3). Jika bertambah lagi satu ekor hingga sejumlah empat puluh lima ekor, maka zakatnya adalah bintu labun (unta betina umur 2 tahun masuk tahun ke-3). Jika bertambah lagi satu ekor hingga enam puluh ekor, maka zakatnya adalah hiqqah (unta betina berumur tiga tahun masuk tahun ke-4). Jika bertambah lagi satu hingga tujuh puluh lima, maka zakatnya adalah jadz'ah (umur empat tahun masuk tahun ke-5). Jika bertambah lagi satu hingga sembilan puluh ekor, maka zakatnya adalah dua bintu labun. Jika bertambah lagi satu hingga seratus dua puluh ekor, maka zakatnya adalah dua hiqqah. Setelah itu setiap kelipatan lima puluh ekor, zakatnya adalah hiqqah, dan setiap kelipatan empat puluh ekor adalah bintu labun.
Jadi semua yang telah dipaparan diatas setiap perbedaan jumlah unta, zakat yang dikeluarkan juga berbeda, sesuai dengan unta yang dimiliki.
3.      Hadits Ketiga
Hadits yang ketiga ini sama halnya dengan hadits yang kedua, hadits ini membahas tentang zakat unta, namun lebih detail penjelsan hadits yang kedua.
4.      Hadits Keempat
Hadits keempat membahas tentang zakat emas dan perak, yang dimaksud dengan “bayarlah zakat perak tiap-tiap empat puluh dirham” ialah setiap zakat emas maupun perak itu mempunyai kewajiban berzakat seper empat puluh apabila sudah mencapai satu nishab dan haul.
Dalam Nishab emas 20 dinar, 1 dinar  sama dengan 4,25 gram, maka nishab emas adalah 20 X 4,25 gram = 85 gram. Nishab Perak adalah 200 dirham, 1 dirham  sama dengan 2,975 gram, maka nishab perak adalah 200 X 2,975 gram = 595 gram. Apabila seseorang telah melebihi satu nishab dan satu haul maka wajib hukumnya membayar zakat dengan sebesar seper empat puluh atau 2,5%.
Mengenai zakat perak apabila hanya memiliki 190 dirham maka tidak wajib hukumnya untuk membayar zakat. Begitupun sebaliknya apabila telah mencapai 200 dirham maka zakat yang harus dikeluarkan  sebesar lima dirham, karena  200 dari seper empat puluh itu sama dengan 5, maka zakat yang dibayarkan lima dirham.
C.     Nilai Hadits
1.      Hadits Pertama
Telah menceritakan kepada Kami Harun bin Sa'id bin Al Haitsam Al Aili, “dari kalagan tabi’ut tabi’in kalangan tua” telah menceritakan kepada Kami Abdullah bin Wahb, “tabi’ut tabi’in kalangan biasa” telah mengabarkan kepadaku Yunus bin Yazid “tabi’ut tabi’in kalangan tua” dari Ibnu Syihab “tabi’ut tabi’in kalangan pertengahan” dari Salim bin Abdullah “tabi’ut tabi’in kalangan pertenghan”dari ayahnya Abdullah bin ‘Umar bin Al Khaththab bin Nufail “kalangan sahabat”, ia berkata; Rasulullah shallla Allahu 'alaihi wa sallam pernah berkata
Jadi hadits diatas para perawi sampai pada Nabi Muhamma SAW, hadits diatas bernilai Shahih
2.      Hadits Kedua
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Aqil bin Khuwailid An Naisaburi berkata, telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Abdullah As Sulami berkata, telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Thahwan dari Amru bin Yahya bin Umarah dari Bapaknya dari Abu Sa'id Al Khudri ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Hadits kedua bernilai Hasan
3.      Hadits Ketiga
Hadits ketiga bernilai Shahih
4.      Hadits Keempat
Kata Abu ‘Ubaid pula, Abu Bakar bin ‘Abbas telah meriwayatkan kepada kami, dari Abu Ishaq, dari ‘Ashim bin Dhamrah, dari Ali kemudian dari Muhammad SAW. Maka hadits diatas bernilai shahih.














BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Salah satu hadits yang merupakan barang-barang yang wajib dizakati yaitu dari ‘ Ali, katanya : rasulullah  s.a.w telah berkata “sesungguh-nya saya telah mema’afkan kamu dari sedekah kuda dan sahaya, maka bayarlah zakat perak tiap-tiap empat puluh dirham, satu dirham dan 190 dirham belum wajib zakatnya dan apabila sampai 200 dirham zakatnya lima dirham”. Riwayat ahma abu daud dan termidzi. 
Maksudnya ialah dalam melakukan zakat harus memenuhi satu nishab dan satu haul, kecuali zakat pertanian tidak membutuhkan satu haul. Setiap panen harus melakukan zakatnya.

B.     Saran
Seseorang dalam kepemilikan harta harus bertanggung jawab atas harta yang dimiliki, agar supaya dalam kepemilikan harta tidak ada yang namanya harta yang tidak suci. Maka dari itu berzakatlah harta  yang seseorang miliki.
Seandainya memiliki barang yang telah dipaparkan diatas dan memenuhi prasyarat untuk mengeluarkan zakat, maka wajib hukumnya untuk membayar zakat itu. Apabila tidak membayar maka akan dikenakan sanksi.








DAFTAR PUSTAKA

Kitab Ibnu Majah
Kitab Abu Dawud
Ismail Sahhatih Syauqi. 2007. Penerapan Zakat dalam Bisnis Modern. Bandung: CV Pustaka Setia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar